Metode analisis residu pestisida merupakan hal penting dilakukan untuk mengetahui jumlah residu pestisida tercemar dalam bahan pangan yang diambil dari tanaman. Kali ini kita akan membahas mengenai beberapa metode analisis untuk menguji residu pestisida pada sampel sayuran maupun buah-buahan.
Daftar isi:
Metode Analisis Residu Pestisida dan Penjelasannya
Metode analisis residu pestisida diciptakan untuk menjaga keamanan bahan pangan agar terhindar dari residu residu yang berbahaya. Sehingga semua bahan makanan yang lolos uji metode analisis dapat beredar dengan layak, dan memiliki manfaat bagi masyarakat.
Butuh bantuan Jasa Fumigasi? Hubungi kami melalui kontak Whatsapp yang tersedia untuk layanan fumigasi, sertifikat fumigasi, pest control maupun untuk produk insektisida terbaik kami.
Akhir-akhir ini kesadaran masyarakat akan bahayanya residu pestisida tercemar semakin tinggi. Akibatnya adalah permintaan pasar akan sayuran prganik meningkat cukup signifikan. Tidak banyak petani di negara kita memiliki abilitas untuk menanam secara hidroponik. Hal ini menyebabkan beberapa oknum melakukan klaim bahwa sayuran yang diproduksi adalah sayuran organic namun sebenarnya masih menggunakan pestisida dalam proses penanamannya.
Lalu bagaimana langkah para konsumen agar bahan makanan yang dibeli tetap aman dan terbebas dari pestisida? Salah satu bentuk upaya pemerintah untuk menjaga keamanan bahan pangan bagi para kinsmen adalah menerapkan uji analisa kelayakan pangan dengan melakukan pengecekan kandungan residu pestisida.
Pengecekan residu pestisida ini dapat dilakukan di beberapa tempat. Seperti lembaga yang telah ditunjuk atau laboratorium penelitian. Lalu apa saja metode yang digunakan untuk mengetahui kandungan residu pestisida tercemar dalam bahan makanan? Simak pembahasannya berikut ini.
1. Menggunakan alat pesticides residue meter
Pesticides residue meter merupakan alat yang diciptakan untuk mengukur kandungan residu pestisida tercemar dalam bahan pangan. PRM adalah alat uji semi kuantitatif yang menampilkan hasil dengan satuan PPB (Part Per Billion) pada indikatornya.
Kandungan-kandungan dalam pestisida yang dapat dideteksi oleh alat PRM ini antara lain adalah organochlor, organophospate, carbamate, dan pyretheroid. Setelah layar indikator pada PRM memunculkan hasilnya, maka hasil tersebut dicatat dan dicocokkan dengan aturan MRL (Maximum Residue Level) yang telah ditetapkan dalam dunia pertanian.
2. Menggunakan metode kromatografi
Metode kromatografi juga dapat digunakan untuk menganalisa residu pestisida dalam makanan. Metode kromatografi untuk pengecekan residu pestisida ada dua, yakni kromatografi gas dan juga kromatografi likuid. Keduanya hampir memiliki prosedur yang sama, hanya saja perbedaannya terletak pada bahan kimia sebagai campurannya dan juga ekstraksi sampelnya.
Namun sayangnya metode kromatografi ini memiliki kelemahan yakni pada segi biaya. Mengingat metode ini dapat dilakukan oleh tenaga analis ahli, maka biaya yang dikeluarkan untuk satu kali pengecekan cukup mahal.
3. Rapid test kit pestisida
Rapid test terkenal sebagai alat untuk mengidentifikasi suatu kandungan dalam sampel dengan waktu yang cukup singkat. Begitu pula kegunaan rapid test kit pestisida ini. Penggunaan alat ini untuk menganalisa kandungan pestisida tercemar cukup mudah, yakni tinggal memberikan sampel saja pada tempat tersedia dan tunggu waktu 30 hingga 60 detik.
Rapid tes kit pestisida sudah dilengkapi dengan Limit of Detection, sehingga saat sampel diletakkan rapid test akan menunjukkan warna tertentu sebagai indikatornya. Hampir sama dengan pesticides residue meter, alat ini juga mampu mendeteksi kandungan pestisida seperti organophospate, organochlor, carabamate, dan juga pyrethroid. Semua hal mengenai pengecekan kandungan residu pestisida tercemar adalah semata-mata untuk tetap melindungi masyarakat dari bahayanya bahan kimia yang ada pada sayur dan buah. Akan lebih baik lagi apabila penggunaan pestisida dalam dunia pertanian tetap memperhatikan peraturan-peraturan yang sudah dibuat pemerintah.